Diurnari.com, Mamuju Tengah – Memasuki peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 pada tahun 2025, penting bagi generasi muda untuk merefleksikan dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang ditinggalkan oleh para pemuda tahun 1928.
Dalam konteks kekinian, semangat persatuan dan nasionalisme tersebut menghadapi tantangan baru, seperti pesatnya arus digitalisasi dan polarisasi pandangan sosio-politik.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat, Taufik Saleng, menekankan bahwa warisan semangat kebangsaan para pendiri bangsa tidak boleh hanya menjadi ritual tahunan.
“Esensi dari Sumpah Pemuda adalah persatuan dalam keberagaman. Dalam kondisi bangsa yang semakin kompleks, kita dituntut untuk meneladani komitmen para pemuda 1928 untuk bersatu, berkolaborasi, dan memiliki visi kemajuan bersama,” jelas Taufik pada Kamis, 23 Oktober 2025.
Ia lebih lanjut menguraikan bahwa tantangan yang dihadapi pemuda masa kini telah berevolusi. Globalisasi, disrupsi digital, dan percepatan perubahan sosial menuntut pemuda untuk tidak hanya adaptif tetapi juga memiliki ketangguhan karakter dan kesadaran sosial yang tinggi.
“Persoalan pemuda saat ini melampaui isu pendidikan dan ekonomi. Pembangunan karakter dan kepedulian sosial menjadi pilar yang sama pentingnya,” tambahnya.
Di sisi lain, Taufik memberikan apresiasi terhadap sejumlah inisiatif pemerintah yang berfokus pada penguatan Sumber Daya Manusia (SDM). Program Sekolah Rakyat (SR) disebutkannya sebagai contoh program yang berdampak langsung pada masyarakat, khususnya dalam menjamin akses pendidikan.
“Implementasi program seperti Sekolah Rakyat patut diapresiasi. Bukti nyatanya dapat dilihat dari testimoni masyarakat, seperti seorang siswi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tetap dapat mengenyam pendidikan meski memiliki keterbatasan biaya. Kisah semacam ini menunjukkan keberpihakan program pada rakyat kecil,” tuturnya.
Selain pendidikan, perhatian juga dicurahkan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Taufik berharap program strategis ini dapat diimplementasikan secara tepat sasaran dengan melibatkan mekanisme pengawasan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Keberhasilan berbagai program pemerintah, ditegaskannya, sangat bergantung pada sinergi antara kebijakan, partisipasi aktif masyarakat, dan dukungan konstruktif dari generasi muda.
Menutup pernyataannya, Taufik kembali menegaskan makna aktual Sumpah Pemuda. Pemuda, menurutnya, harus berperan sebagai pemersatu dan penyejuk di tengah perbedaan yang ada, bukan sebaliknya.
“Pemuda harus menjadi elemen penghubung, bukan pemecah belah. Momentum Sumpah Pemuda harus menjadi titik tolak bagi pemuda untuk berkomitmen menjadi mitra kritis sekaligus kolaboratif bagi pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan,” pungkasnya.
Dengan demikian, aktualisasi semangat Sumpah Pemuda di era modern menekankan pada peran aktif pemuda dalam membangun persatuan, memberikan kontribusi nyata, serta menjadi agen perubahan yang progresif dan solutif bagi bangsa. (*)














